Setiap orang punya kepentingan dan cenderung berkoloni sesuai kesamaan kepentingan. Seseorang melakukan suatu hal jelas punya dasar (kepentingannya). Tidak sembarangan. Seseorang masuk suatu organisasi ada kepentingannya. Seseorang bersedia bekerja di suatu perusahaan ada kepentingannya. Seseorang menjai da’i ada kepentingannya.

Kepentingan itu membutakan, menyebabkan lupa daratan. Kepentingan bisa menjadi sesuatu yang didewakan. Demi mewujudkannya, kawan jadi lawan. Pun sebaliknya, lawan akan jadi kawan. Intrik dijalankan, strategi-strategi yang kelewat batas pun tak mustahil terlaksana.
Ketika kepentingan satu orang sejalan dengan orang lain maka cenderung akan menciptakan keharmonisan, merasa memiiki kedekatan yang lebih karena memiliki kesamaan kepentingan tersebut. Kerjasama akan terjalin dengan baik. Namun berlawanan ceritanya jika kepentingan satu pihak dengan pihak lain. Konflik akan tercipta, perang urat saraf besar kemungkinan hadir.
Konflik manusia yang hadir dewasa ini ialah disebabkan berlawanannya (negasi) kepentingan antara satu kubu dengan kubu yang lain. Tolakan kepentingan itu jika tidak dimanage bisa menghasilkan pertikaian berkepanjangan.
Tentu ada bagian dari suatu hal yang menjadi titik/ poin yang dirasa bernegasi sehingga menghadirkan atmosfer peperangan dan ketidaknyamanan jika tak segera diselesaikan. Berusahalah untuk mencari poin ketidakserasian itu dan menyelesaikannya dengan jalan para pemberani: menemui pihak yang tidak sepaham lalu duduk bersama untuk klarifikasi dan berdebat dengan cara yang baik. Bukannya menjauh seperti para pecundang lalu membicarakan di belakang. Negasi kepentingan jika dikelola dengan baik akan memperluas wacana pikiran kita, menambah wawasan pandangan terhadap suatu masalah,
Jadi kita dapat menggali dasar dari setiap konflik/ pertikaian yang ada, yaitu mencari letak kenegasian kepentingan antara dua pihak atau lebih. Sehingga konflik itu tak menerus menjadi yang lebih luas dan berkepanjangan.
Ahada Ramadhana
Kajian Strategis KAMMI UII