Halaman

Jumat, 30 November 2012

MELAMPIASKAN


Terkadang dalam melintasi trek kehidupan kita temui jalan yang bagi kita tak menyenangkan, menjemukan dan membosankan. Namun itu justru mendatangi dalam banyak waktu. Tentu akan ada perasaan ingin segera merampungkan agenda yang kita anggap menjemukan itu. Segera saja kita tuntaskan agenda-agenda tersebut (yang tak kita anggap nyaman). Sebaliknya kepada agenda yang kita senangi akan kita nikmati dengan kesungguhan, enjoy, dan akan terasa singkat sekali. Beginilah retorika dunia.
Mengenai agenda yang menjenuhkan, memang tak bisa kita mencoba lari darinya sebab itu berupa ujian yang Allah beri sebagai proses mendewasakan. Belajar tentang ilmu ikhlas. Belajar tentang menerima. Berlatih tentang sabar. Banyak hal yang jika kita gali merupakan wujud didikan dari Allah atas diri kita umat Islam, sebab kita—umat Islam—tengah dipersiapkan dan ditugaskan memainkan peran khalifah fil ard (pemimpin di muka bumi) dan abdullah (abdi Allah). Maka dari itu Allah secara intens akan memberi ujian-ujian agar kelak kita pantas memasuki jenjang kelas yang semakin menanjak, dengan kompleksitas problematika yang meningkat pula tentunya.
Sebagian orang menjalani aktivitas menjenuhkan hanyalah seperti formalitas, menjalani sekadarnya saja. Dan akan berpikir agar kejemuan aktivitasnya itu segera dapat terselesaikan. Menjalani agenda yang tak kita kehendaki akan ada perasaan terbebani, risih, dan tak nyaman. Sehingga tak pelak kita akan memerlukan suatu “agenda tertentu” sebagai pelampiasan. “Agenda tertentu” yang dijadikan pelampiasan itu ialah berupa “aktivitas yang menyenangkan”—sesuai persepsi kita tentunya.
Pelampiasan itu sebagai obat atas berolehnya aktivitas yang menyebabkan ketidaknyamanan situasi yang menimpa pada diri, sebab tak jarang kita merasa seperti mendapat musibah yang begitu berat ketika menemui agenda yang kontra dengan keinginan kita. ada perasaan ingin membalas dendam sebab merasa telah mendapatkan “perlakuan buruk” dari-Nya. Ada perasaan ketidakmenerimaan atas kuasa-Nya tentang takdir yang diturunkan pada kita. ada kecenderungan “membalas” sehingga terasa plong dan keadaan yang diterima menjadi netral kembali: ketidaknyamanan didapat, lalu setelahnya kenyamanan pun beroleh.
Terkait menyenangi aktivitas/ pekerjaan ini, Arif Perdana berpendapat,
“Adakalanya orang yang bekerja dengan status sebagai karyawan bekerja di bawah tekanan, dalam arti tidak merasa nyaman ketika melakukan pekerjaan itu. Berbeda halnya dengan orang yang bekerja sebagai pedagang, petani ataupun nelayan, mereka tidak menyandang status karyawan, tetapi mereka memiliki kebebasan untuk mengatur cara mereka dalam bekerja. Orang mungkin beranggapan hal semacam ini wajar. Tapi menurut saya, akan lebih baik ketika menikmati pekerjaan kita, walau berat tapi mengasyikkan. Kita berharap begitu. Namun jika kita tetap juga tidak mampu untuk berusaha menyenangi pekerjaan yang kita lakukan, keluarlah dari pekerjaan kita saat ini dengan syarat kita harus memiliki pilihan dan rencana pekerjaan lain yang hendak kita lakukan jika kita telah resign dari pekerjaan kita saat ini. Jika tidak berusahalah untuk senantiasa bersyukur atas pekerjaan yang telah kita miliki saat ini.” (Arif Perdana, 2011).
Namun sesungguhnya “agenda menjemukan” itu hanyalah persepsi. Suatu pemikiran kita yang mengarahkan pada kenyamanan ataupun kebosanan itu hanyalah persepsi. Kita merasa perlu pelampiasan adalah karena merasa telah mengalami proses ketidaknyamanan dan menjemukan. Ketika tak beranggapan bahwa suatu agenda yang kita jalani itu berupa kebosanan maka tak akan pernah kita memerlukan sesuatu aktivitas lain sebagai pelampiasan. Sebab berarti kita telah merasa setiap aktivitas maupun ujian yang Ia turunkan berupa hal menyenangkan.
Ketika kita berpikir bahwa segala adalah menyenangkan dan berupa kenyamanan maka ketersenyuman selalu menyeringai dalam aktivitas keseharian. Hidup sungguh berasa ringan dan nyaman, tanpa ada perasaan beban. Sesungguhnya orang-orang yang mampu tersenyum dalam setiap aktivitasnya adalah tipe orang yang telah menemukan makna hidupnya. Ia selalu mau dan mampu menerima, senantiasa menanampakkan senyum. Semua tak ada yang sulit, dan tak ada yang membebani. Optimis selalu terpatri. Dan memang seperti inilah seharusnya sifat orang beriman. Berpikir tak ada yang mustahil terselesaikan, anti pesimis, menolak putus asa. Pun jikalau merasa perlu meangis, maka tak hanya mampu bangkit setelahnya, namun segera berlari lagi tanpa lelah. Tersenyum selalu dan tak henti melangkah.
Allah SWT berfirman, “…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (Q.S. Yusuf [12]: 87).
Lebih lanjut Arif Perdana mengemukakan landasan-landasan yang bisa ditanamkan dalam hati ketika menjalani aktivitas.
Pertama, setiap bidang pekerjaan tentunya memiliki resiko tersendiri. Kedua, tidak ada bidang pekerjaan yang ideal yang dapat memenuhi semua harapan kita, tetapi yang harus kita usahakan adalah mendapatkan pekerjaan yang dapat menghargai prestasi dan memberikan prestise tersendiri bagi kita. Ketiga, hampir dapat dipastikan dimanapun kita bekerja kita akan menghadapi berbagai konflik, meskipun kita tidak terlibat di dalamnya namun pasti kita akan melihatnya ada di hadapan kita.”
Orang beriman semestinya menyadari bahwa hidup adalah ujian, perjalanan yang diberikan Allah sebagai proses pemantasan diri memasuki surga. Tugas kita adalah usaha optimal. Hasil urusan belakang.
Pastikanlah bahwa kita selalu bisa tersenyum setiap menjalani aktivitas. Enyahkan pikiran berat ataupun beban, terlebih mustahil. Mari tersenyumlah di paras maupun di hati agar menjadi penular motivasi.

Jika Anda menikmati apa yang Anda kerjakan, kesuksesan adalah milik Anda.
Jika Anda tidak menikmati apa yang Anda kerjakan,
Anda tidak akan menjadi sukses.
Mencintai pekerjaan Anda akan merubah segalanya.
Pekerjaan adalah kasih yang dinyatakan.

Anda tidak akan pernah meraih kesuksesan yang sejati kecuali Anda menyukai apa yang Anda kerjakan.
Kesempatan Anda untuk kesuksesan akan sama dengan jumlah kenikmatan yang Anda peroleh dalam pekerjaan Anda.
Jika Anda memiliki pekerjaan yang Anda tidak sukai, hadapilah hal itu atau keluarlah.
Pekerjaan adalah hadiah, bukan hukuman.
(anonymous)